Kerasnya bulatan batu kali yang dihantam palu sang ibu tak sekeras kehidupan yang dialaminya bersama keluarganya, namun keindahan Aryani kecil menghapus peluh yang menyelimuti sekujur tubuh sang ibu, hingga tetap membelalakan matanya untuk menatap masa depan.
Pemecah batu kali di Pinggiran Sungai Cikamiri, KecamatanTarogong Kidul, Kabupaten Garut.*
Jumat, 06 Februari 2009
Senja
Belajar Berdemokrasi
Puluhan Siswa sekolah SMP Garut berbondong-bondong membubuhkan tanda tangan di selembar kain putih sepanjang sepuluh meter dalam sebuah aksi demonstrasi. Banyaknya penyelewengan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Realisasikan Pendidikan Murah bagi Masyarakat menuai protes dari berbagai elemen termasuk yang dilakukan oleh anak-anak sekolah yang membubuhkan tanda tangan dalam aksi tersebut di depan Gedung Kejaksaan Negeri (Kejari) Kab.Garut.
Aksi demo sejuta tanda tangan tersebut merupakan salah satu aksi solidaritas terhadap semua bentuk kekecewaan masyarakat terhadap masih banyaknya penyelewengan dana pendidikan bagi rakyat miskin oleh oknum Dinas Pendidikan. Hal ini menandakan masih minimnya kesadaran para tenaga pendidik untuk memberikan contoh baik bagi anak didiknya.
Aksi demo sejuta tanda tangan tersebut merupakan salah satu aksi solidaritas terhadap semua bentuk kekecewaan masyarakat terhadap masih banyaknya penyelewengan dana pendidikan bagi rakyat miskin oleh oknum Dinas Pendidikan. Hal ini menandakan masih minimnya kesadaran para tenaga pendidik untuk memberikan contoh baik bagi anak didiknya.
Kamis, 05 Februari 2009
Permainan Anak Pinggiran
Minimnya sarana bermain membuat bantaran sungai Cimanuk Kabupaten Garut menjadi tempat bermain bagi anak-anak yang hidup disepanjang bantaran sungai.* |
Kampung Sindang Sari, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota. Dibawah
jembatan Jalan Verintis Kemerdekaan itu mereka mengintip masa depan
dibalik ceceran sampah yang berserakan dipinggiran kali tersebut.
Limbah, sampah dan lingkungan tak sehat menjadi santapan keseharian
mereka. Kondisi lingkungan seperti ini dianggap hal biasa sehingga
hidup bersih menjadi sesuatu yang sangat tabu.
Akibat kesadaran warga terhadap pentingnya menjaga lingkungan masih
rendah, hampir di sepanjang bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk
dari hulu sampai kehilir disejumlah titik banyak ditemui tumpukan
sampah.
Diperparah dengan banyaknya limbah industri yang dibuang langsung ke
sungai tanpa memalui penampungan atau tempat pengolahan limbah terlebih
dahulu. Selain mencemari air sungai, limbah tersebut merusak ekosistem,
polusi udara yang ditimbulkan jelas mengganggu kenyamanan lingkungan.
Tak jarang pula warga memanfaatkan air sungai itu untuk keperluan
Mandi, Cuci dan kakus.
Terkait membuang sampah seenaknya merupakan masalah klasik yang terjadi
di beberapa kota besar maupun ibu kota daerah di seluruh Nusantara ini.
Tapi, permasalahan tersebut sangat sulit dikendalikan dikarenakan
kesadaran mencintai lingkungan itu sendiri masih rendah.
Ditambah alasan keterbatasan anggaran, sementara anggaran yang ada
dihambur-hamburkan untuk kepentingan yang kurang mendasar.
Dimana yang terkena imbas adalah generasi yang akan datang. Mereka
tidak bisa menikmati sumber daya alam beserta keindahannya.
Akibat perilaku tidak peduli terhadap keseimbangan lingkungan yang
secara tidak langsung tertanam pada benak anak-anak, maka mereka lebih
terdidik dengan lingkungan jorok sehingga dikhawatirkan akan berdampak
terhadap pada budaya yang apatis.*
Puncak Hadiah
Langganan:
Postingan (Atom)